Abstrak
Ide menggunakan platelet rich plasma (PRP) dalam kedokteran telah ada sejak sekitar tahun 1976. Hanya baru-baru ini saja pemakaiannya telah dicobakan dalam area keahlian muskuloskeletal. PRP dalam area ini telah mendapatkan banyak perhatian media karena digunakan oleh banyak selebriti atlet olahraga bagi cedera muskuloskeletal. Dengan demikian, adalah penting bagi para praktisi di bidang muskuloskeletal menyadari akan pemahaman atas konsep sekitaran penggunaan dan aplikasinya. Dalam artikel ini, dijelaskan tentang apakah PRP itu, bagaimana ia dipersiapkan dan pemberiannya, potensi aplikasi kliniknya, dan apa sajakah diskusi literatur terkini dalam berbagai wilayah pengetahuan muskuloskeletal.
Pendahuluan
PRP adalah satu produk berasal-darah otolog yang memiliki konsentrasi platelet yang tinggi yang adalah kaya akan faktor pertumbuhan, dan memiliki potensi meningkatkan penyembuhan jaringan pada tingkat seluler lewat perekrutan, proliferasi, dan diferensiasi sel-sel yang terlibat dalam regenerasi jaringan. Terdapat sejumlah kajian tentang efek PRP pada tingkat praklinik dan klinik dalam kedokteran muskuloskeletal, yang beberapa darinya akan disorot dalam tulisan ini.
Ilmu Pengetahuan Dasar PRP
Platelet merupakan komponen kunci dalam haemostasis, dan merangsang konstruksi dari jaringan ikat baru, dan revaskularisasi. Platelet adalah kecil, berbentuk teratur, clear cell berdiameter antara 2 – 3 µm. Mereka berasal dari fragmentasi prekursor megakaryosit dan memiliki jangka hidup 5 - 9 hari. Rentangan fisiologis untuk platelet pada manusia adalah antara 150 dan 400 x 109 per liter. Mereka secara normalnya bersirkulasi dalam darah dan dilibatkan dalam pembentukan haemostatic plug. (1) Satu contoh darah normalnya mengandung 93% sel darah merah, 6% paltelet, dan 1% sel darah merah. (2) Dalam PRP, perbandingan sel darah merah dan platelet adalah sebaliknya, dengan demikian meningkatkan faktor-faktor yang diharapkan akan menjadi lebih berguna dalam penyembuhan. Perbandingan yang sebenarnya dari sel darah merah dan putih dengan platelet pada PRP adalah bervariasi bergantung pada cara mana PRP disiapkan.Terdapat tiga stadium dari keterlibatan platelet dalam pembentukan bekuan darah: aktifasi, sekresi, dan agregasi. Platelet dalam tubuh diaktifasi ketika mereka datang untuk kontak dengan faktor von Willebrand, kolagen (endotelium yang terpapar), atau oleh aksi thrombin. Sekali teraktifasi, mereka menyekresi isinya berupa granul-granul padat alfa (Gambar 1 dan Tabel 1). Granul alfa memasilitasi perlekatan platelet ke endotelium yang terpapar dan granul padat mengawali ke pada aktifasi jalur koagulasi intrinsik. Faktor pertumbuhan dilepaskan dari semua granul ini memasilitasi tiga stadium penyembuhan: inflamasi, proliferasi, dan remodeling dengan: (1) menginisiasi kaskade pembekuan, (2) melepas histamin dan serotonin yang meningkatkan permiabilitas kapiler di area yang memungkinkan sel-sel inflamasi lebih besar aksesnya ke lokasi, dan (3) mendorong migrasi sel darah putih. Ini mengawali proliferasi sel sementara fibroblas mulai meletakkan dirinya pada substansi dasar. (5) Diperkirakan, dengan menyiptakan satu formulasi terkonsentrasi dari faktor-faktor tersebut di atas dalam PRP, sebuah lingkungan optimal dapat tercipta untuk memercepat penyembuhan.
Gambar 1
Aktifasi dan sekresi platelet. Sumber: Getgood, Articular Cartilage Tissue Engineering. 2009. Cambridge University Library
Penyusunan PRP
PRP dipersiapkan dari darah yang diperlakukan untuk mengonsentrasi sejumlah maksimal platelet. Sitrat ditambahkan ke PRP untuk menghambat proses koagulasi, sebagaimana bekuan akan mengisi platelet. Contoh darah kemudian diletakkan ke dalam sentrifus yang akan memisahkan PRP. Langkah selanjutnya adalah melepas faktor-faktor pertumbuha terkait dari platelet. Ini dapat dilakukan dengan menambah antara lain: 1) thrombin sapi ke PRP. Ini melepas 70% faktor pertumbuhan tersimpan dalam 10 menit, dan mendekati 100% dalam sejam (5). Sejumlah kecil faktor pertumbuhan akan dilepas sepanjang hidup platelet; 2) kalsium khlorida untuk mengonversi thrombin otolog menjadi prothrombin yang menghasilkan platelet menjadi terperangkap dalam sebuah matriks fibrin; 3) memakai kolagen tipe I untuk mengaktifasi PRP. Gambar 2 adalah satu contoh dari sebuah proses komersiil untuk menghasilkan PRP.
Gambar 2
Persiapan SmartPrep PRP
Berbagai jenis metoda penyiapan komersiil untuk PRP tidak menghasilkan produk yang sama (Tabel 2 dan Gambar 3). Beberapa di antaranya kaya lekosit, lainnya miskin lekosit. Penyiapan yang ideal belum tertentukan. Terdapat bermacam metoda untuk PRP dapat diaplikasi meliputi: 1) dengan aplikasi langsung; 2) dengan penginjeksian tunggal atau berganda, 3) sebagai jeli, dan 4) dalam sebuah spons kolagen. Metoda paling efektif untuk setiap usulan pemakaiannya, belum ditentukan
Gambar 3
Prosedur sentrifus dua-langkah – Produksi PRP kaya/miskin lekosit (Diambil dari Dohan Ehrenfest, Rasmusson et al. 2009).
Tabel 2. Contoh dari bermacam PRP yang tersedia secara komersiil.
Aplikasi Klinik PRP saat ini
Tulang
Teknik pendekatan baku untuk mendorong perbaikan tulang adalah pemakaian sulihan tulang, sebuah prosedur yang dapat memungkinkannya penyembuhan dari defek berukuran kritis dan lesi-lesi refrakter. Terdapat beberapa area di mana diperlukan perbaikan; untuk mengurangi kebutuhan akan pemanenan sulihan otogen dengan morbiditas terkaitnya, untuk memerbaiki hasil luaran yang nampak ketika menggunakan tulang alogenik, untuk mengurangi waktu penyembuhan dengan demikian mengurangi waktu untuk pemulihan dan secara idealnya menyediakan produk yang tersedia siap di rak dengan hasil luaran yang dapat digandakan yang akan mengganti kebutuhan akan tindakan sulihan. Pengobatan yang dapat menguatkan sulihan tulang atau dipakai untuk memerbanyak pengganti sulihan tulang adalah atraktif dan PRP menawarkan potensi ini sebagaimana ia mengandung sejumlah faktor pertumbuhan yang dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel dari garis turunan osteogenik.PRP yang digunakan pertama kali untuk perbaikan tulang dijelaskan oleh Marx pada tahun 1998 (6). Ia melaporkan satu seri sebanyak 88 kasus defek kontinyuitas mandibula diobati dengan tulang sulihan otogen yang setengahnya ditambahi dengan PRP. Radiografi, yang dibuat pada, 2, 4 dan 6 bulan, memerlihatkan satu peningkatan bermakna dalam maturitas dan konsolidasi sulihan pada pasien-pasien yang diobati dengan PRP. Semua hasil ini dikonfirmasi dengan biopsi tulang 6 bulan yang mana memerlihakan satu peningkatan bermakna dalam densitas tulang trabekuler di dalam sulihan dengan penambahan PRP. Setelah itu, beberapa kajian pra-klinik melaporkan penyelidikan kemampuan PRP untuk memerbaiki penyembuhan dengan sulihan tulang (7) atau dengan kolagen dan material pengganti sulihan lainnya (8) untuk bermacam kebutuhan perbaikan. Hasil-hasil dari semua kajian itu mirip dengan beberapa kajian yang melaporkan perbaikan penyembuhan dengan PRP dan yang lainnya memerlihatkan tidak ada efek. Satu dari alasan-alasan untuk ketidakcocokan di antara kajian-kajian dianggap berasal dari perbedaan dalam protokol aktifasi PRP (9). Menariknya, perbandingan penambahan sulihan otolog baik dengan PRP atau bone morphogenetic protein (BMP) untuk perbaikan defek mandibula pada tikus besar, memerlihatkan perbaikan penyembuhan dengan BMP tapi tidak dengan PRP (10).
Di samping karya ini, terdapat sejumlah laporan tentang penambahan perbaikan tulang periodontal dan maksilofasial klinik sebagai kelanjutan dari karya Marx. Sementara sejumlah kecil dari semua ini memerlihatkan satu efek menguntungkan dari PRP, sebagian besarnya tidak memerlihatkan efek (11). Menggunakan satu teknik split-mouth untuk mengontrol bagi penambahan PRP, Hanna dkk memerlihatkan perbaikan respon periodontal klinik, sementara Raghoebar dkk memerlihatkan tidak ada efek (12). Sebuah analisis meta dari penggunaan PRP pada penyulihan tulang sinus mengindikasikan satu peningkatan kecil namun bermakna dalam odds ratio untuk meningkatnya pembentukan tulang namun tida ada efek pada kelanjutan daya tahan implan (13), sementara analisis meta lainnya dari prosedur pengangkatan sinus menyimpulkan bahwa tidak ada efek bermakna dari penambahan PRP (14). Terdapat beberapa laporan kajian klinik menggunakan PRP manusia dalam bermacam prosedur orthopedi. Efek menguntungkan PRP dijelaskan dalam osteogenesis distraksi, walaupun kajian ini mungkin menjadi berat sebelah oleh digunakannya macam pengobatan seleksi-sendiri (15). Dalam sebuah percobaan acak dari penambahan sulihan pada osteotomi baji dari tibia proksimal, Dallari dkk melaporkan adanya perbaikan integrasi tulang pada saat evaluasi lanjutannya hingga 52 minggu dan satu peningkatan bermakna dalam pembentukan tulang pada sebuah biopsi yang diambil 6 minggu (16). PRP juga dilaporkan mendorong penyembuhan dalam sebuah seri faraktur non-union (17). Namun, sebuah percobaan klinik acak dari penyembuhan non-union memerlihatkan hanya 68.3% penyembuhan dengan PRP dibandingkan dengan 86.7% penyembuhan dengan BMP7 (18) dan sebuah percobaan acak prospektif penggunaan PRP pada arthroplasti lutut ditemukan tidak terdapat efek klinik bermakna (19). Sebuah tinjauan sistematik dari penggunaan PRP untuk mendorong penyembuhan tulang menyimpulkan bahwa walau pengobatan PRP adalah aman, belum terdapat bukti klinik keuntungannya (20).Kurangnya bukti yang tegas akan efektifitas dari augmentasi PRP untuk perbaikan tulang mungkin akibat dari sejumlah faktor. Bervariasinya kondisi yang diobati dan lokasi mereka di dalam kerangka adalah kemungkinan, sebagiannya, yang bertanggung jawab atas bervariasinya efikasi. Kajian-kajian yang dilaporkan menggunakan bermacam metoda berbeda untuk menghasilkan PRP dan ini memiliki semacam efek pada komposisi PRP yang dihasilkan. Satu faktor kuncinya adalah jumlah platelet dalam konsentrat dan bukti yang diajukan untuk sebuah konsentrasi optimal. Faktor lainnya adalah metoda aktifasi yang dipakai dan interaksi platelet dan faktor pertumbuhan yang dilepaskan dengan material sulihan yang dipakai. Saat dilakukannya analisis juga mungkin penting; dalam satu kajian augmentasi PRP dari perbaikan defek batok kepala frontal, perubahan nampak dalam produksi protein matriks tulang dan regenerasi tulang pada titik waktu dini namun tidak terdapat efek jangka panjang pada pembentukan tulang (21). Percobaan klinik acak prospektif lebih lanjut, dengan jumlah pasien yang mencukupi untuk menyediakan kekuatan statistik, dibutuhkan bagi rekomendasi menyangkut penggunaan PRP guna menambah perbaikan tulang yang diperlukan dan semuanya ini diusulkan untuk perbaikan fraktur (22).
Tendon dan ligamen
Sembuhnya tendon dan ligamen terjadi lebih lambat dibandingkan dengan kebanyakan jaringan lunak akibat dari buruknya pasokan vaskuler (23). Hal ini menghasilkan jaringan tendon baru yang tidak memiliki sifat-sifat struktur dan fungsi yang sama sebagaimana jaringan asalnya ketika menyembuh dan menyebabkan timbulnya parut. Satu penjelasan yang mungkin adalah pasokan darah yang buruk menghasilkan kurangnya faktor pertumbuhan dikirimkan ke lokasi cedera (24). Mengingat, kemudian, bahwa terdapat permasalahan dengan penyembuhan tendon dan ligamen, adalah memungkinkan bahwa PRP, sebagai satu sumber yang baik dari faktor-faktor pertumbuhan, mungkin menguatkan penyembuhan.Robekan rotator cuff tertentu (termasuk robekan masif dan cedera kronik) memiliki angka kegagalan penyembuhan yang tinggi. Terdapat beberapa percobaan terkontrol acak yang menyelidiki efek PRP dalam perbaikan rotator cuff, dan hasilnya mengecewakan. Sebagai contoh, sebuah percobaan terkontrol acak (25) yang memeriksa efek PRP terhadap efikasi perbaikan rotator cuff secara arthroskopik, menemukan tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dalam luaran klinik atau imejing dibandingkan dengan kelompok plasebo.
PRP juga telah dieksplorasi dalam rekonstruksi ligamen krusiatum anterior. Dua buah percobaan terkontrol acak (26, 27) memerlihatkan tidak terdapat perbedaan secara statistik dalam pengisian tulang dari terowongan tulang pada rekonstruksi ACL sebagaimana divisualisasikan pada MRI, walaupun satu dari semua ini menemukan satu perbaikan dalam skor klinis. Percobaan terkontrol acak yang lainnya (28) dari 108 pasien, memerlihatkan pada 6 bulan bahwa PRP memiliki sebuah efek meningkat pada pendewasaan sulihan sebagaimana divisualisasikan oleh MRI.
Efek PRP pada pengobatan tendinopati akhiles telah pula diselidiki. Pada kondisi ini terlihat bahwa hasil luarannya mungkin bergantung pada apakah cederanya akut ataukah kronik. Sebuah percobaan terkontrol acak baru-baru ini oleh de Vos dkk memerilhatkan pada 24 minggu, (29) dan 1 tahun lanjutannya, (30) bahwa PRP tidak memiliki keuntungan bermakna secara statistik dalam hasil luaran klinik atau temuan ultrasound pada tendinopati akhiles kronik. Namun, pada pengobatan PRP kerusakan tendon akhiles akut, kajian memerlihatkan satu waktu penyembuhan yang lebih cepat (31) dan skor ruptur tendon akhiles yang lebih baik (32).
Wilayah lainnya yang digali termasuk epikondilitis lateral, di mana diperlihatkan pada dua tahun penginjeksian PRP memerbaiki penyembuhan dibandingkan dengan penginjeksian kortikosteroid dalam dua tahun (33) pasca pengobatan pada sebuah percobaan 100 pasien. Pemakaian PRP dalam tendinopati patela kelihatannya menguntungkan (34). Namun, umumnya, sangan sedikit percobaan terkontrol acak dilaksanakan pada kohort kecil pasien pada setiap area spesifik dari tendinopati klinik. Kajian lanjutan haruslah dilakukan sebelum sebuah simpulan spesifik dapat dibuat.
Otot
Sebagaimana jaringan lainnya yang telah dibicarakan, dapat dihipotesiskan bahwa pemakaian PRP akan memercepat penyembuhan otot. Pada saat ini, terdapat sedikit bukti yang tersedia untuk menyokong hipotesis ini. Sesungguhnya, beberapa peneliti menyarankan bahwa PRP mungkin senyatanya mengawali ke pada penyembuhan fibrotik yang tidak diinginkan dalam otot (35). Dalam defek otot tibialis anterior yang dibuat pada tikus besar, penginjeksian PRP menyebabkan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan yang dengan plasma kurang platelet atau pada khewan yang sepertinya saja diterapi (36). Cugat dkk mengarahkan sebuah kajian kohort dari 14 atlit profesional dengan cedera otot akut yang diterapi dengan penginjeksian PRP bertuntunkan-ultrasound. Pasien memerlihatkan satu kembali cepat untuk berlaga dan menguatkan penyembuhan pada robekan yang dinilai secara ultrasonografi. Semua temuan ini sejalan dengan Sanchez dkk (37) yang melaporkan sebuah kajian yang sama pada 20 atlit yang menemukan bahwa pasien-pasien menyembuh dalam waktu setengahnya dari yang diperkirakan. Semua hasil ini tidaklah dari percobaan yang acak dan terkontrol baik menyangkut sejumlah besar pasien tapi adalah, setidaknya, menyokong ide bahwa PRP dapat memainkan peran dalam penyembuhan otot. Sejumlah percobaan acak prospektif saat sedang diarahkan dalam area ini dan akan semoga membantu merumuskan rekomendasi pengobatan di masa datang (38).
Tulang Rawan Sendi
Tulang rawan sendi sangat berkekurangan vaskularisasi dan proses inflamasi yang memungkinkan perbaikan efektif. Khondrosit endogen dapat menyintesis jaringan perbaikan fibrus namun tidak cukup untuk mengisi bahkan defek kecil sekalipun dengan satu matriks mirip-tulang rawan (39).PRP telah diajukan sebagai sebuah agen potensiil untuk perbaikan teraputik tulang rawan sendi (40) disebabkan oleh berbagai keuntungan dengan dilepaskannya faktor pertumbuhan pada aktifasinya (41). Dari semua ini, ada kemungkinannya bahwa PDGF, TGF, dan FGF mengusahakan efek menguntungkan terbesarnya pada tulang rawan dan khondrosit. Beberapa sifat-sifat antiinflamasi PRP telah juga diunjukkan, (42) namun bervariasinya sifat PRP telah menyebabkan pertentangan data yang membuat penilaian keseluruhan dari manfaatnya dalam perbaikan jaringan menjadi sulit. Variabilitas donor, metode penyiapan PRP, tipe scaffold, asal sel dan kondisi benihan semuanya memerlihatkan untuk mengubah-ubah level pelepasan faktor pertumbuhan atau respon-respon sel. Banyak peneliti setuju bahwa PRP meningkatkan proliferasi khondrosit, namun masih terdapat perdebatan sekitaran pengaruh PRP terhadap diferensiasi khondrogenik dan akumulasi matriks tulang rawan. Akeda dkk (43) mengunjukkan bahwa khondrosit berasal babi yang dikurung dalam alginate, menghasilkan proteoglikan tertinggi dan sintesis kolagen, dan majoritas kolagen yang terekspres adalah kolagen tipe II ketika diterapi dengan PRP dibandingkan dengan khondrosit dibenihkan dengan PPP atau FCS. Spreafico dkk (44) membenihkan khondrosit manusia dalam satu jeli PRP/fibrin dan mengunjukkan penurunan de-diferensiasi dan meningkatnya sintesis matriks dibandingkan dengan sel-sel yang diterapi dengan FCS atau PPP. Namun, data yang bertentangan dilaporkan oleh Kaps dkk. (45) (khondrosit sapi), Gaissmair dkk (46) (khondrosit manusia) dan Drengk dkk (47) (khondhrosit biri-biri). Semua kajian ini menyarankan bahwa PRP menguatkan de-diferensiasi khondrosit dan tidak menyumbang bagi sintesis matriks tulang rawan dalam benihan 3D in vitro. Namun, haruslah ditegaskan bahwa kebanyakan dari semua kajian ini memakai sumber-sumber berbeda juga metoda penyiapannya untuk sel, kondisi ekspansi berbeda dan asupan untuk pengekspasian sel, dan metoda berbeda dari penyiapan PRP. Satu faktor kunci yang memengaruhi potensi PRP adalah tipe pengaktifasian yang dijalankan selama penyiapan atau saat dimasukkan ke dalam eksperimen. Aktifasi thrombin dapat menurunkan potensi khondrogenik dan osteoinduktif PRP (48). Dua buah kajian lainnya (49, 50) mencapai induksi khondrogenik dari BMCs menggunakan freeze-thaw cycles untuk mengaktifkan PRP, sementara Getgoo dkk (51) mengunjukkan penguatan aktifasi PRP ketika ia dikombinasikan dengan satu scaffold kolagen/glikosaminoglikan untuk perbaikan osteokhondral. PRP juga memiliki potensi untuk perbaikan tulang rawan artikuler dengan aplikasi langsung ke dalam sendi yang rusak; baik sebagai sebuah cairan, jel atau dikurung dalam sebuah wahan pengirim. Sampson dkk (52) melakukan sebuah kajian pendahuluan single-center, tak terkontrol, prospektif pada 14 pasien dengan osteoarthritis lutut primer dan sekunder. Pasien menerima tiga kali penginjeksian PRP pada lutut yang sakit pada interval waktu 4-minggu. Walaupun didisain sebagai sebuah kajian keamanan pendahuluan untuk PRP, hasilnya mengunjukkan perbaikan bermakna dan hampir linier dalam skor luaran cedera lutut dan osteoarthritis, termasuk pengurangan nyeri dan gejala.Kon dkk (53) melakukan sebuah kajian pada 100 pasien (115 lutut) diobati dengan PRP yang dievaluasi menggunakan skor-IKDC dan –EQ-VAS. Kajian mengunjukkan bahwa pengobatan PRP aman, menurunkan nyeri dan memerbaiki fungsi lutut, khususnya pada pasien muda. Namun, pada 24 bulan lanjutannya, hasil luaran (skor IKDC) memburuk dari 67% menjadi 59% dari lutut normal atau mendekati normal di antara pengevaluasian 12- dan 24 bulan (54). Sebuah kajian oleh kelompok yang sama menggunakan satu model domba menyimpulkan bahwa PRP memiliki satu efek negatif pada perbaikan osteokhondral ketika dibandingkan dengan hanya scaffold (55). Namun, Milano dkk (56) mengunjukkan efek positif dari PRP dalam satu model fraktur mikro domba dengan jeli PRP lebih efektif dibandingkan dengan satu penginjeksian PRP. Efek menguntungkan PRP pada perbaikan tulang rawan juga dilaporkan dalam satu model kelinci osteoarthritis (57) dan dalam satu model defek osteokhondral kelinci (58).
Kesimpulannya, PRP memerlihatkan menjanjikan dalam wilayah perbaikan tulang rawan namun adopsi penyiapan dan protokol pemakaian baku dibutuhkan bagi kajian di masa depan untuk memungkinkan tersedianya data statistik yang berarti untuk dibangkitkan.
Meniskus
Terdapat sedikit kajian yang secara spesifik menarget meniskus dengan PRP. Namun, sel meniskus terisolasi tumbuh in vitro telah diunjukkan yang berrespon terhadap faktor pertumbuhan individual yang hadir dalam PRP meliputi TGF, IGF, dan PDGF (59). Ishida dkk (60) mengunjukkan satu reaksi in vitro terhadap PRP menggunakan fibroblas meniskus yang dibenihkan dan teramati adanya perbaikan pengisian jaringan pada penginsersian gelatin/PRP 12 minggu pascaoperasi pada satu defek meniskus kelinci. Namun, Zellner dan rekan (61), menggunakan satu metode penyiapan PRP sentrifus ganda, menjumpai tidak ada keuntungan dengan penambahan PRP mereka ke sebuah penutup hyaluronan/kolagen pada satu defek meniskus kelinci dibandingkan dengan kelompok berikut: defek kosong, ditutupi dengan aspirat sumsum, MSC dengan dan tanpa pengobatan in vitro prakhondrogenik. Gumpalan fibrin, yang dihasilkan dengan mengaduk-aduk darah dengan manik-manik kaca hingga terbentuk satu gumpalan, dipakai oleh Arzonscky dan rekan (62). Gumpalan dibilas dari sel-sel darah merah berlebih menggunakan cairan fisiologis steril dan digunakan untuk memadati defek meniskus sebesar 2 mm pada anjing. Lutut sisi yang lain dioperasi dalam cara yang sama namun dengan pembilasan cairan fisiologis yang ekstensif sebelum diselesaikan. Defek yang dipadati fibrin diisi dengan jaringan mirip-fibrokartilago pada 6 bulan, walaupun jaringannya secara histologis berbeda dengan jaringan dewasa.Walaupun meniskus tidaklah penting untuk fungsi sendi, reseksi meniskus menyebabkan destabilisasi jangka panjang dan degradasi permukaan artikuler (63). Produk-produk darah otolog seperti misalnya PRP, fibrin, dan darah menyediakan satu peningkatan dari faktor-faktor yang mengunjukkan memengaruhi sel-sel meniskus dan ini mungkin menjadi sebuah rute awal dan dini dari perbaikan proses penyembuhan. Namun, kajian-kajian yang disajikan di sini terbatas dalam tipe PRP yang digunakan, dan jumlah pasien yang dipakai dalam kajian yang secara spesifik menyelidik PRP pada meniskus masih relatif rendah pada saat ini.
Diskusi
Adalah sulit untuk membuat sebuah simpulan umum pemakaian PRP dalam kedokteran muskuloskeletal. Preparat komersiil PRP bermacam-macam dari segi faktor pertumbuhan, aktifasi, dan konsentrasi plateletnya. Ini diperburuk lagi dengan fakta bahwa penyelidikan klinik PRP berbeda dalam metoda aplikasinya, waktunya, dan volum PRP yang dipakai. Banyak dari kajian yang dipublikasi tidaklah berupa percobaan terkontrol acak, dan mungkin tidak pada kekuatan statistik yang cukup untuk mengidentifikasi apakah pengobatan itu bekerja ataukah tidak. Segan rasanya untuk menolak PRP, sebagaimana keuntungan kliniknya dapat bervariasi oleh sejumlah faktor dalam produksinya dan aplikasinya. PRP juga menawarkan banyak keuntungan seperti misalnya aman, mudah diekstrak, relatif sederhana dan makan waktu sedikit untuk memrosesnya, menawarkan faktor pertumbuhan berganda pada satu biaya yang relatif murah, dibandingkan dengan mendapatkan faktor-faktor pertumbuhan individuil atau bahkan sel punca. Untuk semua alasan itulah, dan karena kita memercayai bahwa potensi PRP belum sepenuhnya digali, kita harus memertimbangkan penyelidikan lebih lanjut agar penggunaan PRP dapat dibenarkan. Disarankan di sini, sebagaimana yang telah dilakukan yang lainnya, bahwa kajian-kajian ilmiah perlu dilakukan untuk menentukan optimalisasi PRP: (1) metoda proses (2) volum (3) cara pengiriman (4) waktu yang tepat (5) indikasi (6) penginjeksian tunggal vs berseri (7) dan protokol rehabilitasinya.
Intervensi dalam kedokteran muskuloskeletal bertujuan untuk mencapai perbaikan jaringan yang dapat diperkirakan, cepat, dan diperkuat untuk mendapatkan waktu penyembuhan yang paling cepat. PRP mungkin memiliki potensi untuk membawa ini semua, namun sejumlah penyelidikan tingkat-tinggi lebih lanjut dibutuhkan untuk dilakukan sebelum satu simpulan dapat dibuat tentang PRP.