Senin, 18 Maret 2013

Brosur Orthopedi & Traumatologi (II): Fiksasi Internal Fraktur

Ketika anggota dari perkumpulan ahli-ahli bedah orthopedi di dunia ini diminta untuk mengurut kemajuan paling bermakna dalam pengobatan patah tulang selama abad ke duapuluh, maka perkembangan fiksasi internal akan menempati ranking tinggi pada daftar urutan itu.

Fiksasi internal memungkinkan hari rawat inap yang lebih pendek, memungkinkan penderitanya kembali ke aktifitas semula lebih awal dan menurunkan insiden nounion (tidak menyambung) dan malunion (menyambung dalam posisi tidak benar).

Sebuah tulang yang patah harus dengan hati-hati difiksasi dalam posisinya dan disangga hingga ia cukup kuat nantinya untuk menopang beban. Hingga akhir abad lalu, dokter mengandalkan gips dan belat (splint) untuk penyanggaan tulang dari luar tubuh (fiksasi eksternal). Namun, dengan berkembangnya bedah suci hama (steril) yang mengurangi risiko infeksi, ini memungkinkan dokter dapat bekerja langsung masuk berhadapan dengan tulang dan dapat menanam material dalam tubuh.

Material-material baru seperti misalnya stainless steel, kobalt dan titanium tidak hanya tahan lama, tetapi juga memiliki kekuatan dan fleksibilitas yang diperlukan untuk menyangga tulang. Semua material ini juga cocok/sesuai/harmonis dengan tubuh dan jarang menyebabkan satu reaksi alergi atau gagal implan.

Tipe paling umum dari fiksasi internal adalah wire, plat, rod, pin, nail, dan sekrup digunakan di dalam tubuh untuk menyangga tulang secara langsung.

Wire

Wire seringkali digunakan sebagai jahitan atau benang guna “menjahit” tulang kembali bergabung bersama.
·    Dapat dipakai bersama-sama dengan bentuk-bentuk lain fiksasi internal untuk memegang tulang.
·    Dapat digunakan sendiri-sendiri untuk mengobati fraktur tulang-tulang kecil, seperti misalnya yang dijumpai pada tangan dan kaki.

Pin
·    Pin menahan potongan tulang bersama-sama. Mereka biasanya diakai pada potongan-potongan tulang yang terlalu kecil untuk difiksasi dengan sekrup.
·    Semua pin biasanya dilepaskan setelah satu panjang waktu tertentu, namun mungkin dapat ditinggal untuk menetap pada beberapa jenis fraktur.

Plat
Plat mirip seperti bidai internal yang memegang ujung-ujung fraktur tulang bersama-sama.
·    Dibentngkan pada tulang dan disekrup pada tempatnya. Bila kedua tulang berjalan paralel satu sama lainnya sama-sama pecah, seperti misalnya pada anggota gerak bawah, pemasangan plat pada satu tulang adalah menyediakan cukup penyanggaan juga bagi tulang satunya.
·     Mungkin dapat dibiarkan terus pada tempatnya atau dilepaskan (pada kasus terpilih) setelah sembuh sempurna.

Nail atau Rod
Pada beberapa fraktur tulang panjang, cara terbaik untuk menyejajarkan ujung-ujung tulang adalah dengan memasukkan sebuah rod atau nail melalui rongga pusat tulang yang dalam keadaan normalnya berisikan sumsum.
·    Dipertahankan pada tempatnya menggunakan sekrup hingga fraktur sembuh.
·    Dapat dibiarkan terus dalam tulang setelah penyembuhan sempurna.

Sekrup
Dari pada semua tipe implan, sekrup tulang dipakai untuk fiksasi lebih sering. Walaupun sekrup tulang merupakan sebuah peralatan sederhana, terdapat beberapa disain yang didasarkan atas bagaimana sekrup tersebut akan dipakai.
·    Dapat dipakai sendiri-sendiri untuk memegang fraktur, demikian juga bersama dengan plat, rod, atau nail.
·    Dapat didisain untuk satu tipe spesifik fraktur.
·    Dapat dibiarkan terus berada pada tempatnya, atau dilepaskan setelah tulang sembuh.

Fiksasi Eksternal
Pin, sekrup dan rod juga dipakai untuk menyiptakan alat fiksasi eksternal, seperti misalnya rangka dan gelangan. Walau mereka terletak di luar tubuh, sekrup dan pin masuk ke dalam tubuh menembus kulit dan otot untuk berhubungan dengan tulang. Dalam cara ini, mereka berbeda dari gips dan bidai yang hanya mengandalkan pada penyanggaan eksternal. Mungkin terdapat sedikit reaksi radang atau, yang kurang umum, infeksi terkait pemakaian alat fiksasi eksternal. Secara normal, semua ini dapat ditangani dengan perawatan luka dan/atau minum obat antibiotik.

Hal lain yang perlu diperhatikan

Kondisi suci hama dan kemajuan pada teknik pembedahan menurunkan, namun tidak memmbuang, risiko infeksi ketika fiksasi internal dipakai. Tingkat parah fraktur, lokasi, dan keadaan kesehatan pasiennya seluruhnya harus dipertimbangkan.

Tambahannya, tidak ada teknik yang ampuh. Fraktur mungkin tidak sembuh dengan benar. Plat atau rod mungkin patah atau berubah bentuk, atau pasien mungkin memiliki satu reaksi alergi terhadap implan. Walaupun beberapa media memusatkan perhatiannya pada kemungkinan kanker dapat berkembang dekat-dekat sekitar implan yang dipakai jangka waktu lama, terdapat sedikit bukti saja yang mencatat timbulnya risiko kanker secara nyata dan lebih banyak bukti lainnya yang melawan kemungkinan terjadi seperti itu. Ahli bedah orthopedi terus menerus melanjutkan penelitian mereka untuk mengembangkan metoda yang semakin baik dalam mengobati fraktur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar